A. PENDAHULUAN
Dengan mendefinisikan
organisasi sebagai wadah tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk
mencapai tujuan, maka dapat dipastikan bahwa tanpa tujuan tidak perlu ada
organisasi. Tujuan organisasi bermacammacam, tergantung dari banyaknya pihak
yang berkepentingan (stakeholder) dengan kehadiran organisasi itu. Pihak-pihak
yang berkepentingan itu antara lain, terdiri atas para pemegang saham,
karyawan, pemasok, pemakai, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan organisasi bagi
pemegang saham adalah untuk meningkatkan keuntungan. Bagi konsumen adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan rasa
tangung jawab kepada masyarakat, dan bagi pemerintah adalah untuk meningkatkan
penerimaan pajak. Bagi karyawan adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja
karyawan agar pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dan
juga kinerja organisasi.
Untuk mencapai tujuan
atau tujuan-tujuan tersebut perlu ada kegiatan dan untuk melaksanakan kegiatan
itu diperlukan sumber daya, seperti misalnya sumber daya keuangan, fisik,
teknologi, dan sumber daya manusia (SDM). Keberadaan SDM dalam sebuah
organisasi sangat penting karena mereka yang memprakarsai terbentuknya
organisasi, mereka yang berperan membuat keputusan untuk semua fungsi dan
mereka juga yang berperan dalam menentukan kelangsungan hidup organisasi itu.
Namun, sumber daya manusia tersebut tidak dengan sendirinya tertarik untuk mau
menjadi anggota dari sebuah organisasi dan bukan organisasi yang lain, dan
setelah bergabung mereka juga tidak dengan sendirinya dapat berprestasi.
Prestasi kerja karyawan
ditentukan oleh keinginan dan kemampuan mereka. Untuk itu pertanyaan yang perlu
dijawab adalah tentang siapa yang bertanggung jawab untuk memberdayakan sumber
daya manusia (SDM) yang ada dan apa yang mereka harus lakukan agar SDM
mempunyai keinginan dan kemampuan untuk berprestasi. Pada hakikatnya, semua
manajer diharapkan dapat menjadi pemimpin dan yang mereka pimpin adalah
manusia, sehingga dapat dikemukakan bahwa setiap manajer bertanggungjawab
untuk memberdayakan bawahannya. Selanjutnya, apa yang mereka lakukan dalam
rangka pemberdayaan SDM tersebut tergantung kepada faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Telah dikemukakan bahwa
prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauannya.
Ketidakmampuan yang tidak lain adalah disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian
antara kualifikasi yang dimiliki karyawan dengan persyaratan yang dibutuhkan
oleh pekerjaannya dapat diatasi dengan memberikan pendidikan atau pelatihan.
Sedangkan ketidakmauan mereka dapat dikurangi dengan memberikan dorongan
berupa penghargaan.
Namun, perlakuan atau
pemberian tersebut hanya akan efektif jika mereka merasa puas terhadap
perlakuan itu. Kepuasan terhadap perlakuan tersebut dapat mereka rasakan
apabila mereka merasakan adanya keadilanr dalam pelaksanaannya. Dengan kata
lain, prestasi karyawan dipengaruhi oleh adanya kepuasan kerja dan kepuasan
kerja itu dipengaruhi oleh adanya keadilan di tempat kerja, yaitu keadilan
dalam pelaksanaan setiap fungsi operasional MSDM yang mencakup keadilan dalam
seleksi, penilaian prestasi kerja, penentuan peserta training, promosi,
kompensasi, dan pemutusan hubungan kerja.
Secara umum dapat
dipahami bahwa keadilan di tempat kerja dapat dirasakan oleh karyawannya
apabila perlakuan yang mereka terima di tempat kerja memuaskan dan perlakuan
itu dapat memuaskan apabila kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya
tersebut dapat dikelola dengan baik. Lebih lanjut diketahui pula bahwa kepuasan
kerja dapat mempengaruhi komitmen organisasi dan kedua konsep ini dipengaruhi
oleh karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik
individu (Panggabean, 2001, 2002).
Oleh karena itu, setelah
membaca buku ini, diharapkan para peneliti maupun praktisi dapat memperoleh
pemahaman tentang cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan tersebut agar
terasa adil dan bagaimana hubungannya dengan sikap, perilaku, dan keberhasilan
organisasi.
Uraian dalam bab ini
diawali dengan penjelasan tentang arti pentingnya pengelolaan (manajemen) dan
diikuti oleh penjelasan tentang arti pentingnya manajemen sumber daya berikut
fungsi-fungsi operasionalnya yang memerlukan pengelolaan dan pengertian dari
variabel-variabel penting lainnya yang mempengaruhi keberhasilan organisasi.
Sedangkan uraian dari arti pentingnya dan cara bagaimana mengelola setiap
fungsi operasional itu akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya.
1.Apa itu Manajemen ?
Apa itu manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang
memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Manajemen merupakan
sebuah prosess yang terdiri atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinari, dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien. Paling
tidak manajemen dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian karena apa yang direncanakan harus
dilaksanakan dalam pelaksanaan paling tidak ada kegiatan untuk menyesuaikan
rencana dengan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan, dan selanjutnya apa
yang dilaksanakan perlu dikendalikan untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Berikut pengertian
manajemen menurut beberapa ahli :
· Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan
pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya
manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang
Lee )
· Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By : James A.F. Stoner)
· Manajemen merupakan suatu proses khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By :
R. Terry )
· Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang
dilakukan melalui usaha orang lain.(By : Lawrence A. Appley)
· Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. (By : Horold Koontz dan Cyril
O’donnel )
TUJUAN MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
Tujuan manajemen SDM
adalah menigkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam
perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis,
dan sosial. Departemen SDM dikatakan penting karena departemen tersebut tidak
mengontrol banyak factor yang membentuk andil SDM misalnya : modal, bahan baku,
dan prosedur. Departemen ini tidak memutuskan masalah strategi atau
perlakuan supervisor terhadap karyawan, meskipun departemen tersebut
jelas-jelas memengruhi kedua-duanya. Manajemen SDM mendorong para manajer dan
tiap karyawannya untuk melaksanakan strategi yang telah diterapkan oleh
perusahaan. Untuk mendukung para pimpinan yang mengoperasikan
departemen-departemen atau unit-unit organisasi dalam perusahaan sehingga
manajemen SDM harus memiliki sasaran, seperti :
1. Sasaran Manajemen
sumber daya manusia
a. Sasaran perusahaan
Departmen SDM di ciptakan untuk dapat membantu
para manajer dalam mencapai sasaran perusahaan, dalam hal ini antara lain :
perencanaan SDM, seleksi, pelatihan, pengembangan, pengangkatan, penempatan,
penilaian, hubungan kerja.
b. Sasaran Fungsional
Sasaran ini untuk mempertahankan kontribusi
departemen SDM pada level yang cocok bagi berbagai kebutuhan perusahaan,
seperti : pengangkatan, penempatan, dan penilaian
c. Sasaran sosial
Sasaran sosial ini meliputi : keuntungan
perusahaan, pemenuhan tuntutan hokum, dan hubungan manajemen dengan serikat
pekerja.
d. Sasaran pribadi karyawan
Untuk membantu para karyawan mencapai
tujuan-tujuan pribadi mereka, setidaknya sejauh tujuan-tujuan tersebut dapat
meningkatkan kontribusi individu atas perusahaan.
2. Aktivitas manajemen
sumber daya manusia
a. Kunci aktivitas SDM
Kalangan perusahaan kecil sekalipun bisa jadi
tidak memiliki departemen SDM, dan mereka yang memiiki departemen pun,
kemungkinan mengalami kekurangan anggaran dalam jumlah yang besar dan jumlah
staff yang tidak memadai.
b. Tanggung jawab atas aktivitas MSDM
Tanggung jawab atas aktivitas manajemen SDM
berada di pundak masing-masing manajer.
2.Fungsi Fungsi Manjemen
Dalam Manajemen terdapat
fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat
(4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan
(planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing)
dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat
pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi
perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada
untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan
dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen
1.Fungsi Perencanaan /
Planning
Dalam manajemen,
perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Fungsi perencanaan
adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat
berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
Rencana dapat berupa
rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan
suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan
rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan
menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan
menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target
bisnis.
2. Fungsi
Pengorganisasian / Organizing
Proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain
dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan
prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan
tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan /
Directing / Leading
Proses implementasi
program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan
kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian /
Controling
Proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis
yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar
yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
3.Pengertian Sumber Daya
Manusia
Pengertian MSDM
· MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) adalah ilmu
dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efisien dan efektif
sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan,karyawan dan masyarakat.
· Sumber Daya Manusia(SDM) adalah manusia yang
bekerja dilingkungan suatu organisasi(disebut juga personil, tenagakerja,
pekerja atau karyawan).
· Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi
sebagai penggerak organisasi dalamme wujudkan eksistensinya.
· Sumber Daya Manusia(SDM) adalah potensi yang
merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial)
didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensinyata(real)
secara fisik dan non fisikdalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Pengertian Manajemen
Sumber Daya Manusia Menurut :
· Mary Parker Follett
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-oranglain untuk melaksanakan berbagai
pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
· Edwin B. Flippo
ManajemenSumberDayaManusiaadalahperencanaan, pengorganisasian,
pengarahandanpengawasankegiatan-kegiatanpengadaan, pengembangan,
pemberiankompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaandanpelepasansumberdayamanusiaagar tercapaiberbagaitujuanindividu,
organisasidanmasyarakat
· Fustino Cardoso Gomes
Memberikan pengertian yang berbeda, bahwa MSDM
adalah : “Suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai
sumber daya yang cukup potensial yang perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi
pengembangan dirinya”.
· Mathis dan Jackson
adalah rancangan sistem-sistem formal dalam
sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan organisasi.
4.Fungsi Fungsi
Operasional SDM
Fungsi operasional dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan basic (dasar) pelaksanaan proses MSDM
yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Fungsi
operasional tersebut terbagi 5 ( lima ), secara singkat sebagai berikut:
Fungsi Pengadaan
adalah proses penarikan
,seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai kebutuhan perusahaan.
Fungsi Pengembangan
adalah proses
peningkatan ketrampilan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
Fungsi Kompensasi
adalah pemberian balas
jasa langsung dan tidak lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip
kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan
tersebut.
Fungsi Pengintegrasian
adalah kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta
kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah
hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena 2 mempersatukan dua
aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
Fungsi Pemeliharaan
adalah kegiatan untuk
memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar
tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5.Variabel Variable Lain
Yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
Dari uraian di atas
dapat diketahui selain keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan organisasi
juga di pengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan,
karakteristik individu, sikap dan perilaku karyawan, secara langsung maupun
tidak langsung
A.Karakteristik individu
karakter individu
terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status
perkawinan,, jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti peneliti dalam bidang
manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak melakukan penelitian tentang
hubungan karakteristik individu dengan sikap dan perilaku karyawan
(panggabean,2001;2002)
B.Karekteristik
organisasi
Karakteristik organisasi
meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas mencerminkan
jumlah unit yang ada dalam organisasi formalisasi merujuk kepada banyaknya
pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada peraturan , sedangkan
sentralisasi di definisikan sebagai siapa yang dapat mengambil
keputusan (pemimpin atau pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan
pemimpin, sebaliknya akan di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang
apa, bagaimana, kapan, dan dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan
oleh pelaksana semakin banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh
pelaksana maka semakin dapat dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh
karakteristik organisasi terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan
oleh para peneliti di bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher
1976)
C.Karakteristik
pekerjaan
Karakteristik pekerjaan
terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian tugas,otonomi
dan umpan balik berbagai penelitian dalam bidang manajemen SDM dan
perilaku organisasi banyak meneliti hubungan antara karakteristik tugas
dan perilaku berikut di bahas pengertian dari masing masing konsep
·
Keanekaragaman
tugas
Merujuk kepada adanya
kemungkinan bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan bahkan
peralatan yang berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang
sebagai pekerjaan yang menantang karena mereka menggunakan keterampilan
yang mereka milik.
·
Identitas
tugas
Memungkinkan karyawan
mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi cenderung
menciptakan tugas yang rutin dan mengakibatkan seseorang hanya
mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini menimbulkan
adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu dengan memperluas
tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan
berarti meningkatkan identitas tugas.
·
Keberartian
tugas
Merujuk kepada besarnya
pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap pekerjaan orang
lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan melakukan
pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk itu
adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa pekerjaannya
sangat berarti bagi perusahaan.
·
Otonomi
Merujuk kepada adanya
ide bahwa karyawan dapat mengendalikan sendiri tugas tugasnya hal ini
penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum di pakai adalah
melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini karyawan memiliki
kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun kerjanya.
·
Umpan
balik
Merujuk kepada informasi
yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia melaksanakan tugasnya .
penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan dengan sikap dan perilaku
organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku
organisasi
6.Sikap Kerja
Manajemen Sumber Daya
manusia. Didalam kamus bahasa Indonesia menjelaskan sikap adalah perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs. Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492).
Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja
karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun
perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian
diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke
perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan
tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh
karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar,
maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi
lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja
sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan
imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan
kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
a. Gaji yang cukup
b. Memberikan kebutuhan rohani.
c. Sesekali perlu menciptakan suasana santai.
d. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
e. Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
f. Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan.
g. Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas.
h. Sesekali mengajak karyawan berunding.
i. Memberikan fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167
Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab
misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak
cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan
sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat
menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa
bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain:
rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang
berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi – indikasi
turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawanantara lain
1. Turun/ rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu
sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan
atau penundaan kerja
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan
malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik
maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak
senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha
mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang
tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi
kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan
sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat
terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal –
hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada
tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan
adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa
tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan
bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan
melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas
yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas
yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa
mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan
mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam
organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai
karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia
pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA
RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan
dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan
sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan
loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya,
seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan”
pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi
yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang
sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak
pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar
belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan
pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada
gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti
karir secara mantap.
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya
tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam
kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu
berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari
satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat
kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan
pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain
yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan
kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila
mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari –
hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para
karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh
tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan
yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran
semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
7.Perilaku Karyawan
Berdasar fitrahnya setiap
manusia dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang
terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam
prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor
eksternal sangat mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang: Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang
buruk; Ada yang rendah hati dan ada yang tinggi hati; Ada yang introvert
dan ada yang ekstrovert. Begitu juga dalam nuansa sebagai pekerja:
Ada yang malas dan ada yang rajin; Ada yang produktif dan ada yang tidak
produktif; Ada yang senang pada tantangan kerja dan ada yang menjauhi tantangan
kerja; Ada yang memiliki ambisi pribadi yang kuat dan ada yang lemah.
Pertanyaannya adalah mengapa terjadi keragaman perilaku manusia
khususnya di kalangan
karyawan?
Kenyataan empiris dan
praktis menunjukkan bahwa perilaku seseorang, misalnya dalam pekerjaan yakni
produktivitas kerja, dipengaruhi oleh
faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti digambarkan
dalam formula persamaan berikut:
Y (perilaku) = f ( Xi,
Xe ); ceteris paribus.
(1) Unsur
intrinsik (Xi) antara lain:
a)Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
seseorang dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam penguasaan bidang ilmu tertentu. Dalam hal ini kecerdasan intelektualnya
(misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap
menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif
pendekatan masalah. Semakin tinggi penguasaan derajad intelektualitasnya maka
semakin terbuka kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
b)Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang
terkait dengan kompetensi dalam pekerjaannya. Pengetahuan yang dikuasai tidak
terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras” tetapi juga “lunak” misalnya pengetahuan
tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik. Selain itu, penguasaan
pengetahuan tentang emosional dan spiritual dinilai penting. Semakin tinggi
tingkat pemahaman seseorang (terhadap
ilmu-ilmu keras dan lunak) maka semakin tinggi daya
inovatif dan produktifitas kerjanya.
c) Tingkat
ketrampilan
Tingkat keterampilan
terkait dengan penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki seseorang yang dipraktekkan dalam pekerjaannya. Sama halnya dengan
tingkat pengetahuan maka penguasaan segi praktis di dalam menerapkan ilmu-ilmu
keras dan lunak dalam dunia nyata akan membantu seseorang untuk mampu
meningkatkan produktivitas kerjanya. Misalnya, seseorang yang memiliki
kemampuan berkomunikasi untuk mengatasi konflik (horisontal dan vertikal)
dengan orang lain, biasanya dapat diterima secara sosial. Dengan
kata lain dia memperoleh pengakuan sosial dan menjadi pendorong baginya untuk
meningkatkan kinerjanya.
d)Sikap-motivasi
terhadap kerja
Sikap-motivasi seorang
karyawan terhadap pekerjaannya berpengaruh terhadap kinerja yang dicapainya.
Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan
pekerjaanya semakin tinggi kinerjanya. Dorongan ini dapat terjadi karena adanya
unsur sudut pandang yang positif terhadap pekerjaan, dorongan untuk mencari
nafkah dan karir, dan dorongan untuk memperoleh pengakuan sosial dan pencapaian
harga diri serta aktualisasi diri.
e)Tingkat pengalaman
kerja
Pengalaman seseorang
dalam bekerja merupakan akumulasi dari keberhasilan dan kegagalan serta
gabungan dari kekuatan dan kelemahan di dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari
pengalaman tersebut, seseorang memperoleh pembelajaran untuk berperilaku yang
lebih baik. Dengan demikian, pengalaman kerja merupakan kondisi yang digunakan
oleh seseorang di dalam proses umpanbalik untuk meningkatkan mutu perencanaan,
pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Hipotesisnya adalah semakin banyak
pengalaman kerja sesorang maka semakin tinggi pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam bekerja yang pada gilirannya akn mampu meningkatkan
produktivitas kerjanya.
(2) Unsur
ekstrinsik (Xe), antara lain mencakup unsur:
a) Lingkungan
keluarga
Lingkungan keluarga yang
dimaksud disini adalah sikap dan motivasi anggota suatu keluarga di dalam
memandang makna suatu pekerjaan. Interaksi dalam bentuk sosialisasi keluarga
yang intensif terhadap makna pekerjaan akan membantu setiap anggota keluarga untuk
mengoptimumkan SDM (human capital) dalam bersaing memperoleh atau
menciptakan lapangan kerja. Selain itu, lingkungan keluarga yang kondusif akan
mampu meningkatkan kinerja anggota keluarganya.
b) Lingkungan
sosial-budaya
Lingkungan sosial
budaya, seperti tingginya aspek kedisiplinan sosial, tanggung jawab sosial dan
sistem nilai tentang pekerjaan akan mendorong seseorang untuk terlibat aktif
dalam meningkatkan kinerjanya. Termasuk di dalamnya adalah memandang mutu SDM
sebagai salah satu budaya dan sekaligus kebutuhan setiap individu masyarakat.
Produktivitas sudah dipandang sebagai produk budaya untuk meningkatkan
martabat di antara warganya.
c) Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi
antara lain dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, derajad
kemiskinan, penguasaan aset produksi, dan pendapatan perkapita. Misalnya
pendapatan perkapita dan kemiskinan yang di bawah standar hidup layak akan
mengakibatkan peluang penduduk untuk meraih tingkat pendidikan yang tinggi dan
kesehatan yang purna menjadi semakin sulit dicapai. Kondisi ini akan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja yakni produktivitas di bawah
standar.
d) Lingkungan
belajar
Lingkungan belajar dapat
dilihat dari perilaku masyarakat dalam hal mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Apakah masyarakat menyadari pembelajaran sudah menjadi kebutuhan
dirinya dalam pengembangan energi sosialnya?. Selain itu lingkungan belajar
dicirikan pula oleh ketersediaan fasilitas belajar, jumlah dan mutu instruktur,
serta metode pembelajaran. Lingkungan belajar yang semakin baik mendorong
masyarakat untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga akan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan serta produktivitas kerjanya.
e) Lingkungan kerja
termasuk budaya kerja
Lingkungan kerja
dibatasi pada tempat dimana seseorang bekerja. Suasana kerja dicirikan oleh
aspek-aspek budaya produktif, kepemimpinan, hubungan karyawan dengan sesama
rekan dan atasan, manajemen kinerja, manajemen karir, manajemen pendidikan dan
pelatihan, dan manajemen kompensasi. Beragam aspek lingkungan tersebut sangat
mempengaruhi motivasi, kepuasan dan kinerja kerja para karyawan.
f)Teknologi
Teknologi yang dimaksud
disini dapat berupa teknologi lunak (intangible) dan teknologi keras
(tangible). Teknologi lunak berupa metode, teknik dan prosedur kerja. Sementara
teknologi keras berupa mesin-mesin atau alat-alat produksi. Dua
perangkat teknologi ini memiliki posisi sebagai unsur bantu atau instrumen dari
suatu proses produksi agar karyawan dapat meningkatkan produktivitasnya. Ukurannya
adalah efektivitas dan efisiensi. Semakin tinggi kualitas atau
efisiensi teknologi yang digunakan maka semakin tinggi pula produktivitas kerja
karyawan. Untuk itu dibutuhkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
mengoperasikan dan memelihara teknologi yang dipakai.
8.Semangat Kerja
Pengertian Semangat
Kerja
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap
kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja
yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan
dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok
sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama
dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa
satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit
mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan
psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang
baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong
seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi
seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan
lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini
mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180),
seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk
bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut
memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan
frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184),
ada empat aspek yang menunjukkan
seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
a. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi
dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki
keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan
oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih
mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki
semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan
gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain.
Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun
tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena
perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang
tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal
yang menyengsarakan.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif
walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang
yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang
pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja
yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan
untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja
yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di
dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam
dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu
meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar
dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang
mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan
baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan. Ketekunan
mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam bekerja. Sehingga tidak
menganggap bahwa bekerja bukan hanya
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat
kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling
bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk
bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama.
Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula,
kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu
meningkatkan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri.
sumber :
Faustino Cardooso Gomes,
2000, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Keempat, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Gouzali Saydam, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources
Management), Jilid 2, Cetakan Pertama, Penerbit PT Gunung Agung,
Jakarta.
Hani Handoko, Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.